Senin, 11 Januari 2010

Askep Osteoporosis


Definisi Osteoporosis
Istilah osteoporosis pertama kali dikemukakan oleh seorang patologis yang bernama Jean Georges Lobstein pada tahun 1929 di Strasbourg. Beliau memberi nama 'osteoporosis' untuk penyakit ini karena bentuk tulang penderitanya yang menjadi berlubang-lubang atau berpori-pori (osteo=tulang dan porosis=berpori/berlubang-lubang) akibat berkurangnya mineral kalsium yang terdapat pada tulang. ( Rozanah, 2008)
Osteoporosis atau keropos tulang adalah suatu keadaan dimana kepadatan tulang mulai berkurang dan disertai kerusakan mikroarsitektur tulang keadaan dimana tulang menjadi keropos, rapuh dan mudah patah yang disebabkan karena penyusutan massa dan kemerosotan struktur tulang. ( Rozanah, 2008 ; Rufina, 2007 ; Suryadi, 2000)

Etiologi Osteoporosis
1.Peningkatan usia
2. Menopause
3.Kadar testosterone rendah
4. Kecenderungan genetik
5. Penyakit lain
6. Obat-obatan
7. Berat badan rendah
8. Pola makan buruk
9. Merokok / mengkonsun\msi alkohol secara berlebihan
10. Kurang olahraga.

Klasifikasi Osteoporosis
Klasifikasi osteoporosis di bagi atas tiga bagian, yaitu :
1. Osteoporosis primer yang dapat terjadi pada tiap kelompok umur.
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian :
a. Tipe I (Post-menopausal) : Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 taun).
b. Tipe II : Terjadi pada pri dan wanita usia >70 tahun.

2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis jenis ini dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau obat-obatan.

3. Osteoporosis idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis osteoporosis, yaitu :
1. Terjadi gangguan proses pengerasan tulang pada tulang panggul dan taji-taji ruas tulang belakang.
2. Sakit di daerah punggung. Rasa nyeri biasanya hanya setempat dan tak menyebar, dan bertambah berat bila mendapat tekanan atau beban.
3. Massa tulang yang rendah.
4. Pemadatan ruas tulang yang luas bisa memperlihatkan gejala yang membengkak, sering terjadi perlahan-lahan/menahun pada ruas tulang belakang.
5. Kulit mengerut bisa timbul pertama-tama pada kulit dada bagian bawah dan bagian atas perut.

Patofisiologi
Tulang mencapai puncak kepadatan dengan kehilangan massa tulang secara diam-diam dengan pengurangan kepadatan mineral tulang sebagai akibat terjadinya ketidakseimbangan proses penyerapan oleh sel osteoklas dengan pembentukan tulang oleh sel osteoblast.
Tulang, seperti jaringan tubuh lainnya merupakan jaringan ikat yang dinamik dalam arti metabolisme pembentukan dan penyerapan tulang yang dinamakan “ bone remodeling” yang merupakan fungsi 2 sel tulang yaituosteoblast dan osteoklast.Pada umumnya pertumbuhan tulang manusia lengkap pada usia 30 tahun, selain itu tulang diperbarui dengan lingkaran remodelling dimana sel-sel yang terdapat digantikan oleh osteoklast sehingga setelah beberapa hari terbentuk beberapa hari terbentuk beberapa rongga resorbsi kemudian osteoklast akan digantikan oleh osteoblast disertai perubahan “growth faktor beta” yang merangsang proliferasi osteoblast dan akhirnya osteoblast mengisi rongga resorbsi setelah beberapa minggu. Densitas mineral tulang menurun bila osteoklast membentuk suatu rongga yang abnormal sehingga tulang kehilangan trabekularnya. Ini terjadi pada periode pascamenopause. Selain itu massa tulang hlang bila osteoblast gagal mengisi rongga resorbsi sehingga terlihat sebagai penipisan trabekula yang tampak pada usia tua.
Osteoporosis terjadi oleh karena hasil abnormal dari proses remodelling tulang dimana resorbsi tulang melampaui pembentukan tulang.

Pencegahan
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis yaitu :
1. Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang yang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.
2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)
Sinar matahari UV B membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan tubuh dalam pembentukan massa tulang.
3. Melakukan olah raga dengan beban
4. Selain olah raga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.
5. Gaya hidup sehat
Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan resiko asteoporosis.
6. Hindari obat-obatan golongan kortikostiroid.
Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan.
7. Mengkonsumsi obat.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untukmengobatiosteoporosis
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :
a. Diet
b. Pemberian kalsium dosis tinggi
c. Pemberian vitamin D dosis tinggi
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.
e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).
f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
1.Anamnesis
a). Riwayat kesehatan.
Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnosa ( mis., fraktur colum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan yang teratur dan bersifat weight bearing.
Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis.
Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.
Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.
b). Pengkajian psikososial.
Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien terutama citra diri, khususnya klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.
c). Pola aktifitas sehari-hari.
Pola aktifitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olah raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olah raga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskulosekeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.

2. Pemeriksaan fisik.
a. B1 (Breathing).
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
a. Kepala dan wajah: ada sianosis
b. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
c. Leher: Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra
d. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
Adapun data yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis yaitu :
Data subjektif :
- os mengeluh nyeri punggung
- os mengatakan sulit BAB
- os mengatakan mudah lelah
- Adanya riwayat jatuh
Data objektif :
- kekuatan otot menurun
- kekakuan sendi
- deformitas
- kifosis
- fraktur baru
- ketidakseimbangan tubuh
- keletihan

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
2. Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
5. terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar